Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami peningkatan kelompok ekstremis yang menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan ideologi mereka dan merekrut pengikut. Salah satu kelompok yang menjadi terkenal adalah Laskar89, sebuah komunitas online yang terkenal dengan pandangan radikal dan dukungannya terhadap tindakan kekerasan.
Laskar89 didirikan oleh Muhammad Jibriel Abdul Rahman, mantan anggota Front Pembela Islam (FPI), sebuah kelompok ekstremis terkenal di Indonesia. Kelompok ini dengan cepat mendapatkan pengikut di platform media sosial seperti Facebook dan Twitter, di mana mereka membagikan video propaganda dan menghasut kekerasan terhadap non-Muslim dan orang-orang yang mereka anggap sebagai musuh Islam.
Salah satu faktor utama yang mendorong munculnya Laskar89 dan kelompok ekstremis lainnya di Indonesia adalah meluasnya penggunaan media sosial di negara ini. Dengan lebih dari 150 juta pengguna internet dan kehadiran yang semakin meningkat di platform seperti Facebook, Instagram, dan TikTok, media sosial telah menjadi alat yang ampuh untuk menyebarkan ideologi ekstremis dan merekrut anggota baru.
Platform media sosial menyediakan platform bagi para ekstremis untuk terhubung dengan orang-orang yang berpikiran sama, berbagi propaganda, dan memobilisasi dukungan untuk tujuan mereka. Anonimitas dan jangkauan media sosial juga memudahkan kelompok ekstremis untuk beroperasi tanpa takut terdeteksi atau diintervensi oleh pihak berwenang.
Selain menyebarkan ideologi, Laskar89 dan kelompok ekstremis lainnya di Indonesia juga menggunakan media sosial untuk merekrut anggota baru dan mengoordinasikan penyerangan. Dengan memanfaatkan kekuatan algoritma media sosial dan menargetkan individu-individu yang rentan, kelompok-kelompok ini dapat dengan cepat meradikalisasi individu dan mengubah mereka menjadi partisipan yang bersedia melakukan tindakan kekerasan.
Munculnya Laskar89 dan kelompok ekstremis lainnya di Indonesia menyoroti perlunya regulasi dan pengawasan yang lebih besar terhadap platform media sosial di negara ini. Meskipun platform seperti Facebook dan Twitter telah mengambil langkah-langkah untuk menghapus konten dan akun ekstremis, masih banyak yang harus dilakukan untuk mencegah kelompok-kelompok ini menyebarkan ideologi kebencian dan menghasut kekerasan.
Kesimpulannya, kebangkitan Laskar89 dan kelompok ekstremis lainnya di Indonesia merupakan tren meresahkan yang dipicu oleh meluasnya penggunaan media sosial. Karena media sosial terus memainkan peran penting dalam membentuk wacana publik dan mempengaruhi individu, upaya untuk memerangi ekstremisme dan mencegah penyebaran ideologi radikal secara online menjadi sangat penting. Hanya melalui tindakan kolektif dan peningkatan kewaspadaan kita dapat berharap untuk membendung gelombang ekstremisme di Indonesia dan negara-negara lain.
